Wajar saja, Hanya aku ingin mencintai
Jika
aku yang salah, itu wajar saja. Ibrat penganut agama. Menyembah Tuhan dapat
dibenarkan jika cara pelaksanaannya sudah sesuai dengan apa yang telah
ditentukan oleh Tuhannya.
Seorang
tokoh nasional dapat saja memperoleh gelar Negarawan, jika dalam melaksanakan
amanahnya sudah sesuai dengan amanah konstitusi negaranya.
Pun-demikian
seorang Kontraktor -sebuah proyek besar maupun kecil- akan mendapatkan banyak kepercayaan
dari perusahaan jika konstruksi bangunan yang dihasilkan sesuai dengan
Master-Plannya.
Terkadang
kita tidak memiliki kesempatan untuk sekedar bicara ‘seperti ini maksudku’. Didalam
forum tidak dperkenankan membuat forum, Dihadapan kepentingan tidak boleh ada
kepentingan, di dalam menjalankan misi tidak boleh ada maksud tersembunyi,
begitulah kira-kira kurang lebihnya.
Jika
aku yang salah itu wajar saja, aku hanyalah penganut agama yang ingin
menegakkan hukumNya, dan orang-orang diluar keyakinan sepertiku, berteriak
memanggilku teroris sebgian yang lain menganggapku sebagai Mujahid.
Betapa
anehnya dunia ini, aku hanya berpengang pada prinsip kedaulatan dan meletakkan Negara
diatas kepentinganku, tapi orang-orang normative mengatakan ini kemunduran
demokrasi, sehingga orang-orang kebanyakan memberikan asumsi ‘ini langkah
pertamaku melakukan kudeta” Aku yang salah tentu itu wajar saja
Aku
hanya ingin mencintai, popularitas tentu bukan tujuan. Tak berpikir apa yag
dimiliki Negara, pun tak berharap surge usai perjuangan memberlakukan hokum agama.
Tentu
aku tahu, begitu banyak istilah didunia ini untuk oang-orang professional di
bidangnya, sedangkan untuk mencintaimu aku tak membutuhkan itu semua, tak perlu
kau panggil aku seorang Mujahid, tak perlu memanggilku sebagai Negarawan karena
aku tahu itu bukan aku cukup dengan jangan salahkan aku, hanya karena aku
mencintai.
Biarkan,
para mujahid memperjuangkan hukumnya, eksekutif melakukan revolusi mental, para
dewan menyepakati rancangan dan para ilmuan menciptakan hal yang menakjubkan
Tapi
aku hanya ingin mencintaimu, tidak lebih tidak kurang
0 Response to "Wajar saja, Hanya aku ingin mencintai"
Post a Comment