Teruntuk Sebatang Pohon
Senyuman
kelam yang menjadikan aku harus menanggung kekalutan.
Oh,
lepaskanlah hasrat yang tak bertepi kirimi
aku hulu-balang untuk mengurasi air-air sungai kematian sebelum iblis datang
menghalangi dan menghanyutkanku. Kirimi aku manusia yang dapat mengucap salam,
kirimi aku manusia yang dapat bersowan, karena iblis dan manusia sulit
dibedakan. Dimanakah arti terang bila gelap memasung harapan, adakah kata lebih
bijak selain kebohongan.
Apalah
arti senyuman, bila dipipi menyimpan dusta. tangan-tangan tak mengenal jatinya.
Keheningan hanya kepalsuan yang belum mampu terkatakan. Dan juga kerusuhan yang
terjadi diotakku adalah tanda aku telah memberontak terhadap semua kenyataan
ini, kenyataan dimana aku telah melihat kebencian diantara kepolosan. Air yang
damai tak selalu menenangkan, jauh dikedalaman aku berkaca-kaca pada
keheningan. “aku
melihat wajah-wajah debu seperti aspalan jalan.”
Ikan-ikan
kecil mematuk bayanganku, barangkali disangkanya sebatang pisang. Lalu aku
tersenyum meninggalkan pantai, ikan dan pisang mencoba bertanya-tanya pada alam
Oh,
lepaskanlah hasrat yang tak bertepi kirimi
aku hulu-balang untuk mengurasi air-air sungai kematian sebelum iblis datang
menghalangi dan menghanyutkanku. Kirimi aku manusia yang dapat mengucap salam,
kirimi aku manusia yang dapat bersowan, karena iblis dan manusia sulit
dibedakan. Dimanakah arti terang bila gelap memasung harapan, adakah kata lebih
bijak selain kebohongan.
0 Response to "Teruntuk Sebatang Pohon"
Post a Comment