Antara aku, kau dan secangkir kopi


Setiap tegukan dari cangkir-cangkir kosong, percakapan  mengisi dan memberi kehangatan dalam setiap senyuman
“Eratkanlah kepalan (jangan sampai dilonggarkan,
Hidup ini keras) jangan was-was untuk menghantam”
Begitulah awal percapakan membuka kekosongan melangkah pada kegaduhan sebuah kenyataan yang tak habis menggelitik otak.
Oh, kita dibingungkan oleh tatapan mata yang tiba-tiba berkumpul menjadi sebuah pandangan dari paguyuban, mengarah kepada kita spontan senyuman mengembang menyadari irama kita terlalu bersemangat kawan
Kita simpan akar suara ini. jangan ada mata yang menangkapnya, karena tangan-tangan terlalu api untuk berjabat dengan salju, kita nikmati dulu kopi hitam yang telah disajikan tuannya membiarkan asap mengepul sampai kesyaraf.
Cabai kecil ini bila kita kunyah akan terasa pedasnya.
Ini, yang ingin kuwasiatkan kepadamu, kawan sedangkan artinya adalah: janganlah kau bercampur baur dengan mreca, bawang, tomat, garam atau apapun karna itu hanya akan menghilangkan jati dirimu, keberadaanmu tidak akan lagi menusuk-menusuk lidah mereka, kita mantapkan aku dan kau adalah cabai. Cabai yang akan memberikan sikap pasti.
Kita tinggalkan cabai dan kembali memutar otak, memeras emosi sampai berbunyi kecapi lalu kita simpan rapi-rapi. Berdendang diwajah-wajah sepi yang hampa oleh isolir waktu yang menganga.
Mas Karman Pemimpi, Pejuang, dan Penakhluk.

0 Response to "Antara aku, kau dan secangkir kopi"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel