Aku Ingin Meraih Tangan Tuhan


“Ijinkan aku menuliskan jodohku sendiri Tuhan”
Terjadi banyak versi  mengenai soal jodoh apakah itu merupakan sebuah ketetapan ataukah pilihan. Banyak orang menganggap bahwa jodoh itu adalah sebuah ketetapan yang oleh Tuhan sudah di tentukan sejak sebelum manusia  itu di lahirkan kedunia.  Nama seseorang yang menjadi jodoh sudah di tuliskan di lauhil mahfud, begitulah salah satu sebuah keterangan dalam menafsirkan jodoh. sebesar apapun usaha manusia dalam mengejar seseorang yang ingin di nikahinya kalau bukan jodoh tetap tidak akan bisa di miliki- Jodoh itu ada di tangan Tuhan, tanpa di cari dan di kejarpun iya akan datang dalam waktu yang sudah di tentukan oleh Tuhan. Begitulah sebagian keyakinan orang dalam memahami mengenai jodoh.
Disamping itu tidak sedikit orang, kelompok, atau bagian memahami dan meyakini bahwa jodoh itu adalah sebuah pilihan. Pemahaman ini merujuk kepada kepada pemahan bahwa segala nasib manusia termasuk jodoh itu pada dasarnya memang sudah di tentukan namun semua itu kembali kepada manusia itu sendiri, Manusia dapat merubahnya dengan cara yang gigih dan bersungguh-sungguh untuk mencapainya, sebab tuhan tidak akan merubah nasib seseorang sampai iya mau merubahnya “Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sampai ia mau merubahnya” (QS)
Pendapat Para Ahli
Tuhan adalah sumber segala kebaikan, nilai-nilai hakiki yang kebaikannya tidak dapat di terjemahkan oleh teori manusia. Ada banyak rumus di persembahkan namun Manusia tidak dapat dengan secara utuh memaknai dan merangkapnya. Seperti sebuah pribahasa “sejarah itu di tulis tidak jauh dari penulisnya”  dari sini saya akan merujuk pada konteks penafsiran bahwa penafsiran itu di buat dan di maknai sesuai dengan apa yang menjadi sebuah keyakinan kelompoknya. Ambil sebuah contoh misalnya sebuah perbedaan penafsiran soal Qadha’ dan Qadar “Golongan pertama, yang berpendapat bahwa manusia itu tidak bebas sama sekali, apa yang kita lakukan, sudah ditentukan oleh Allah. Golongan yang kedua, berpendapat bahwa kita sangat bebas, apa pun yang kita lakukan, tidak ada campur tangan Tuhan sama sekali. Dan golongan terakhir yang berpendapat bahwa apa pun yang kita lakukan semuanya ada dalam aturan-aturan Allah, ada campur tangan Allah, tapi kita pun memiliki pilihan untuk melakukan sesuatu.” Hal itu syarat dengan kepentingan-terlepas mutlak atau tidak.
Tidak ada yang salah dari ketiga penafsiran tersebut namun—kalau boleh di katakan—  juga tidak ada yang benar-benar sempurna. Manusia adalah makhluk yang lemah dan penuh keterbatasan bagaimana bisa ia dapat menyelami kaidah sempurna tanpa suatu cela, KAIDAH MASIH MENYEMBUNYIKAN PENJELMAANNYA. Yang salah adalah yang tidak mengenal wujud jodoh itu sendiri.
Pendapat Saya
Saya pribadi meyakini, bahwa Tuhan itu tidak berperan seperti dalang yang harus menentukan segala hal garak-gerik wayang. Ada beberapa hal yang memang kita sebagai manusia tidak bisa melepaskan diri dari ketentuanNya, namun dalam beberapa hal lain Tuhan juga memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih nasibnya sendiri. Analoginya begini: “Wahai hambaku, ada beberapa hal yang memang sudah saya tentukan dan kamu sama sekali tidak memiliki daya upaya untuk menolaknya, namun ada beberapa hal lain yang aku berikakan kebebasan kepadamu untuk memilih dan masing-masing telah aku letakkan sebab-akibat, cukuplah itu menjadi pertimbanganmu.” (analisaku) kalau tidak, kenapa Tuhan menciptakan rajin dan malas Baik, dan buruk, keberuntungan dan kesialan, miskin dan kaya, dan suraga dan neraka. Dari masing-masing Tuhan telah meletakkan sebab-akibat.
Beberapa hal yang manusia tidak memiliki daya upaya sama sekali untuk menghindari, seperti HIDUP_MATI, apakah manusia bisa menghindarinya satu detik saja. Contoh lain yaitu SIANG-MALAM, manusia tidak akan bisa memilih salah satu darinya. Hanya menginginkan siang, atau menginginkan malam saja, missal. Tentu tidak bisa itu bagian dari dua macam bagian yang manusia tidak dapat memilih salah satunya.
Jadi, Tuhan ijinkan aku menuliskan sepenggal isyarat yang juga tidak bisa lepas dari ‘kepentingan’ ini.
“Berkatilah aku untuk meraih tanganMu”
Mas Karman Pemimpi, Pejuang, dan Penakhluk.

0 Response to "Aku Ingin Meraih Tangan Tuhan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel