Gelap Memetang
Malam ini, siapa
yang akan mengerti
Sedang bintang-bintang telah menyapu seisi
alam.
mimpi datang mengusik kesepian
memecah
hening dalam kening
Seorang
remaja bingung apakah dia harus senang atau tetap benang
Dalam
rajutan petang-rasa memampang mengembang
biarlah
tetap hengkang dalam laju yang tak tersiratkan.
Masih
dalam ragu dan laju
lengannya
yang beku menggores debu dengan sedu, entahlah
mimpi
masih dalam putarannya
menjadi
bola api yang menyala-nyala
dan, mimpi tetaplah
menjadi misteri yang menyikngap tirai malam dengan keangkaraan. Mungkin terlalu
munafik dan liar bagiku dalam mengorek masa lalu. Ah, ini sungguh-sungguh menggelikan dan sedikit mengerikan. Mungkin
mimpi kita terlalu buruk untuk di bayangkan, ataupun hanya sekedar di mulai.
aku
tidak habis pikir, kenapa tiba-tiba asap mengepul dari ruangan terpencil ini.
Bukankah tungku kita satu, sahabatku. Kita telah mengumpulkan kayu-kayu dari
satu hutan kehutan, kita telah
menjinakkan keliaran di rimba, dan lagi kita telah sepakat untuk memanggang
buruan bersama.
Sahabatku,
mungkinkah engkau sengaja melupakan semuanya, melupakan bekas luka yang dulu
kau balutkan, melupakan kegiranganmu memangsa mangsa-ular sehabis mematuk
langkahku. ataukah kau tidak puas dengan hasil senapanku yang sering kali tidak
mengenai sasaran.
Ada
apa, dan kenapa sahabatku, bisakah kau
menjelaskan kepadaku secara gamblang. Aku mungkin dapat menerima semuanya bila
ini adalah keputusanmu, tapi sungguh aku tidak akan menerimanya bila ternyata kau
terpengaruh oleh profokasi pihak ketiga dan seterusnya. Aku begitu sangat
mengenalmu, dan aku tidak mau kau merubah pandanganku tentangmu selama ini.
“Aku
melihat wajah-wajah seperti aspalan jalan, kirimi aku manusia yang dapat
mengucap salam kirimi aku manusia yang dapat bersowan”.
Masih ingatkah, dengan
pengalan tulisan itu, sahabatku. Atau barangkali kau juga sudah melupakannya.
0 Response to "Gelap Memetang"
Post a Comment